KTNA Dukung Program Food Estate di Kalteng

Ketua Umum KTNA Nasional,r. M. Yadi Sofyan Noor, SH dalam podcast 'Bincang Tipis-tipis' di kanal Youtube Tale Trias Info,

eksekutif

KTNA Dukung Program Food Estate di Kalteng

Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA)  sangat mendukung program Food Estate di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang digulirkan pemerintah (Kementerian Pertanian) sebagai salah satu program pemerintah untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia.
Triasinfo.com, JakartaIr. M. Yadi Sofyan Noor, SH, Ketua Umum KTNA Nasional, mengapresiasi tinggi dilaksanakannya program Food Estate di Kalteng sebagai bagian dari intensifikasi pertanian, persiapan dan pengalihan fungsi lahan, pencetakan sawah baru, serta modernisasi pertanian.

Sofyan lantas membuat ilustrasi sederhana namun faktual. Dahulu di sepanjang jalan Bekasi, Karawang, Cikampek sepanjang mata memandang terbentang luas hamparan sawah menghijau.

Namun, sekarang ini, pemandangan semacam itu sudah sangat langka. Karena banyak lahan produktif telah tergerus oleh kemajuan zaman dan modernisasi.

“Banyak lahan pertanian di sana sudah berubah dan beralih fungsi menjadi lahan industri, properti, jalan tol ataupun yang lainnya,” ucap Sofyan Noor kepada Erman Tale Daulay dalam program podcast ‘Bincang Tipis-tipis’ di kanal youtube Tale Trias Info.

Karenanya, "Kami dari KTNA sangat mendukung langkah inovatif yang digulirkan pemerintah dengan membuat Food Estate di Kalimantan Tengah (Kalteng), sebagai salah satu program pemerintah untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Saya pribadi sudah meninjau ke sana dan itu bagus sekali."

Mengutip data yang ada, Sofyan menyebut, tahun ini dari 65.000 hektar lahan untuk pencetakan sawah baru yang direncanakan ternyata telah direalisasikan seluas 28.000 hektar lahan dan itu pun sudah bisa ditanami.

“Artinya agak cepat sih sebenarnya itu. Kalau kita lihat dari data pemerintah, di ATR itu penyusutan lahan kita setahun rata-rata 150.000 hektar. Sedangkan cetak sawah kita hanya bisa 60.000 hektar, berarti kita masih susut dalam setahun itu 90.000 hektar.”

Untuk lahan sawah yang bagus dan produktif, dari data yang dimiliki Sofyan, saat ini kondisi pertanian Indonesia memiliki 10,66 juta hektar. sedangkan penyusutan lahan 0,14 juta hektar. Sehingga untuk potensi lahan panen kita untuk tahun ini hanya ada sekitar 10,52 juta hektar. Namun, ia optimis pemerintah alam hal ini Kementerian Pertanian selalu berupaya menjaga ketahanan pangan nasional dan bakal habis-habisan berikhtiar dalam menjaga produksi pangan nasional.

Kendati demikian, Sofyan mengingatkan bahwa ada perbedaan kualitas kesuburan lahan di setiap daerah. Kualiats lahan di Jawa tentu berbeda dengan di Sulawesi atau Kalimantan. Jadi untuk pencetakan lahan sawah baru di luar Jawa membutuhkan waktu.

“Kalau kita bicara produksi tidak bisa dilawanlah Jawa. Tanah subur, airnya bagus, pupuknya masih-masih aman aja. Jadi, kita tidak bisa seperti main sulap untuk kegiatan mencetak sawah baru ini. Lahan pertanian terutama untuk sawah perlu adaptasi. Di Kalimantan rata-rata tanahnya alufial. Sebagian ada lahan rawa yang memiliki kadar asam tinggi.”

Terkait intensifikasi lahan di Kalimantan, Sofyan mengatakan, ia berkoorinasi dengan KTNA di tingkat provinis, kabupaten, kecamtan, hingga ke jaringan di pedesaan.

Ia memberikan pemahaman kepada rekan-rekan KTNA daerah bahwa lahan baru di sana tidak bisa disulap langsung jadi. Apalagi budaya menanam padi petani Kalimantan tidak seperti di Jawa.

“Kalau di Kalimantan rata-rata tidak pernah menggunakan lahan itu sampai mengambil tanah. Dia bantah-bantah itu rumput tebal, kita menggunakan tajak. Itu kita biasanya polanya seperti itu.”

Sedangkan program Food Estate dilakukan dengan memakai mekanik alat berat yang secara tidak sadar mengubah komposisi tanah yang mestinya tanahnya tenang, bakterinya dirombak total sehingga perlu teknologi untuk mengembalikan kesuburan tanah itu.

 

 

food estate KTNA Yadi Sofyan Noor intensifikasi pertanian  kementan

Bagikan Artikel Ini