‘Lip Service’, Kejujuran, dan Persahabatan

Habib Mohsen Hasan AlHinduan, Ketua Dewan Penasehat Gerakan Restorasi Pedagang UMKM (GARPU) Partai Nasdem

nasional

‘Lip Service’, Kejujuran, dan Persahabatan

Oleh Habib Mohsen Hasan AlHinduan Ketua Dewan Penasehat Gerakan Restorasi Pedagang UMKM (GARPU) Partai Nasdem
 

ACARA puncak perayaan HUT ke-11 Partai Nasdem di Jakarta, selama tiga hari (9-11 November 2022) berlangsung sangat meriah dan dipenuhi lautan manusia.

Ada yang menarik dicermati dari pidato Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, menyambut HUT ke-11 Partai NasDem. Sejak mendeklarasikan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden pada Pilpres  2024, Partai NasDem diserang secara bertubi-tubi oleh pihak luar. Posisi Nasdem ibarat berada di kursi pesakitan. Berbagai tuduhan dan fitnah tertuju kepada NasDem tak terkecuali menyoal mulai isu retaknya hubungan harmonis antara NasDem dan Presiden Jokowi hingga isu keretakan Koalisi Perubahan dikaitkan dengan batalnya hari deklarasi bersama.

Fitnah dan hoaks yang disuarakan para pelacur intelektual menghantam Nasdem. Namun, sikap NasDem di bawah komando Surya Paloh tetap bergeming. Tak goyah oleh terpaan badai fitnah dan hoaks. Semua itu dihadapi dengan penuh bijak dan tegar. Ibarat sebuah kapal di tengah lautan yang di terjang ombak dan angin badai, NasDem tetap tampil sebagai kapal dengan layar terkembang lebar. Kukuh menyongsong badai dan gelombang. Sama sekali tak karam.

Memiliki jiwa tegar, Nasdem menyadari bahwa untuk mewujudkan komitmennya merestorasi negara ini dibutuhkan pengorbanan yang sangat besar. Nasdem tetap melangkah mengatasi berbagai hambatan yang terpampang di depan.

Selaras dengan apa yang dipertontonkan Ketua Umum, kader-kader Nasdem senantiasa bersikap berdasarkan kata hikmah "Anjing menggonggong, kafilah berlalu”. Membiarkan orang lain mencemooh atau menggunjingkan Partai Nasdem. Namun, tidak memasukkan ke dalam hati. Tetap dengan pendirian diri sebagai partai yang berniat mewujudkan nilai-nilai kemuliaan dan kejujuran. Bukan sekadar lip service yang bermuatan kebohongan yang notabene bertentangan dengan norma etika dan agama.

Nasdem Tetap Nasdem

Lip Service merupakan sebuah tindakan mengumbar janji yang tidak sesuai dengan realitanya. Islam menanggapi hal itu  sebagai sifat munafik. Salah satu dari sifat kemunafikan adalah ketika berjanji, diingkar.

Janji bukanlah masalah sepele. Janji merupakan masalah besar yang berpengaruh bagi kebaikan di dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 34)

Seorang yang beretika diharuskan untuk menghindari perilaku mengumbar janji (lip service) dan berbohong sekecil apapun karena janji merupakan utang yang harus dipenuhi.

Politik dan kebohongan memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam tulisannya  Truth and Politics, Arendt lebih lugas memaparkannya, “Tidak ada yang meragukan bahwa kebenaran dan politik memiliki hubungan yang agak buruk satu sama lain.”

Arendt melanjutkan, “Kebohongan selalu dianggap sebagai alat penting dan pembelaan, tidak hanya untuk politisi dan demagog, melainkan juga sebagai keahlian seorang negarawan.”

Seolah-olah kebenaran adalah tempat mereka yang terpinggirkan. Meski terdengar tidak bermoral, dalam buku  Republic , Plato uniknya memberikan justifikasi moral atas penekanan tersebut. Keputusan Hukum yang menjurus kepada keadilan kemudian diputuskan berpihak kepada pihak terpidana. Keadilan itulah yang dimaksud Plato, kebohongan yang mulia.

Pertanyaannya, mungkinkah penguasa dengan lantang menyebut keadilan itu hanyalah utopia? Sulit membayangkan itu dilakukan. Imbasnya besar, itu dapat menghancurkan kepercayaan terhadap hukum, rakyat menjadi anarkis, dan kohesi sosial dapat terpecah.

Proklamator Kemerdekaan Indonesia Mohammad Hatta (Bung Hatta) menyebutkan, Lip Service bertentangan dengan Nilai-Nilai Pancasila terutama sila pertama BerkeTuhanan Yang Maha Esa. Bung Hatta menerbitkan sebuah buku kecil (hanya 16 halaman), berjudul “Pancasila Jalan Lurus” (1966). Dalam bukunya itu, Bung Hatta mengajak bangsa Indonesia agar jangan mempermainkan Pancasila, dan hanya menggunakan Pancasila sebagai “lip service”.

Lip service itu dalam bahasa Inggris diartikan sebagai satu bentuk kemunafikan (hypocrisy): “an expression of agreement that is not supported by real conviction.” Yakni, satu bentuk persetujuan di mulut saja, tanpa diikuti dengan keyakinan.

Begini kata Bung Hatta, “Pengakuan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam artinya, tidak dapat dipermain-mainkan. Tidak saja berdosa, sebagai manusia kita menjadi makhluk yang hina, apabila kita mengakui dengan mulut, dasar yang begitu tinggi dan suci, tetapi di hati tidak dan diingkari dengan perbuatan.”

Menurut Bung Hatta, Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya hormat menghormati agama masing-masing, melainkan menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.

“Dengan dasar ini, sebagai pimpinan dan pegangan dalam kesatuan Pancasila, pemerintahan negara pada hakekatnya tidak boleh menyimpang dari jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan rakyat dan keselamatan masyarakat, perdamaian dunia yang abadi serta persaudaraan bangsa-bangsa,” demikian Bung Hatta.

Lip Service identik dengan kebohongan sedangkan kejujuran (ash shidqu) sangat identik dengan kebenaran. Kata jujur bisa didefinisikan sebagai sebuah tindakan ataupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Jujur ialah merupakan salah satu nilai yang paling utama, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal, termasuk dalam kehidupan sosial.

Bagi Surya Paloh, kejujuran sangat penting dan bisa diwujudkan dengan tidak melakukan kecurangan dalam berpartai. Dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban sebagai kader-kader Nasdem.

Kejujuran yang diucapkan oleh Surya Paloh pada sambutan ultah ke-11 Nasdem memberikan makna bahwa Partai Nasdem hendak mewujudkan kepedulian terhadap sesama yakni turut membantu kepentingan sosial, negara dan bangsa.

Perbedaan menguatkan Persaudaraan Kebangsaan

Surya Paloh menekankan, perbedaan yang ada jangan sampai  menciptakan permusuhan, justru sebaliknya perbedaan menguatkan semangat persaudaraan. Bagi yang belum mampu menerima perbedaan itu hendaklah harus belajar dari kodratnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Keberagaman jangan menjadi pintu masuk untuk menciptakan permusuhan di Tanah Air. Untuk itu penting bagi masyarakat untuk menguatkan kembali semangat persaudaraan kebangsaan dengan keberagaman yang dimiliki.

“Sekarang bagaimana caranya supaya perbedaan itu menjadi kekuatan, menjadi sebuah persaudaraan. Kuncinya sederhana, bagaimana kita membangun persaudaraan dari sebuah perbedaan,” demikian Surya Paloh lagi.

Begitu kita mulai mengangkat kelemahan dalam perbedaan, maka di situlah awal dari sebuah disintegrasi atau perpecahan. Untuk itu ambil hal-hal yang positif dalam sebuah perbedaan.

nasdem  lip service kejujuran  persaudaraan  hut ke-11 nasdem  surya paloh

Bagikan Artikel Ini