Food Estate Jadikan Desa sebagai Magnet Ekonomi

Petani program food estate di Kabupaten Kapuas Kalteng

nasional

Food Estate Jadikan Desa sebagai Magnet Ekonomi

Saat ini kawasan food estate padi di kabupaten Kapuas Kalteng sudah bisa dua kali tanam dalam setahun atau IP 200. Harapan petani, ke depan bisa mencapai IP 300 atau tiga kali masa tanam dalam setahun.
 

TRIASINFO, KAPUAS - Keseruan bincang tipis-tipis dengan petani food estate padi di Kalimantan Tengah (Kalteng). Tantangan alam mengubah lahan menganggur menjadi produktif. Food estate kini mampu menahan laju urbanisasi dengan menjadikan desa sebagai magnet ekonomi.

Dalam Bincang Ti[is-tipis dengan Triasinfo, belum lama ini, sejumlah petani dari Desa Bentok Jaya, Kecamatan Dadahop, Kabupaten Kapuas, Kalteng mengungkapkan pandangan dan testimoninya menjadi bagian dari Program Nasional Food Estate atau kasan pangan terpadu yang dipusatkan di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang Pisau. Keduanya di provinsi Kalteng, Mereka adalah Sukatno, petani Food Estate, Misra seorang penyuluh pertanian food estate, dan  Ismail dari Kelompok Tani (Poktan) Sukajadi.

Menurut Misran, dulunya kawasan itu adalah lahan pertanian yang digarap namun akhirnya menjadi  terlantar. akibat banjir pada tahun 2005, lahan pertanian tersebut tersebut ditinggalkan oleh masyarakat. petani di sana. 

"Barulah pada tahun 2020, kawasan tersebut dibuka lagi seiring dengan diadakannya Program Food Estate oleh Pemerintah.Setelah dibuka lagi, dimulailah proses tanam awal dan kemudian bisa diproduksi sebanyak 2,2 ton/hektar. Seiring berjalannya waktu, melalui program food estate ini, sekarang ini, saat panen sudah bisa menghasilkan sebanyak 4,23 ton. Ada progress nya. Kita optimis, dengan perlakuan khusus lewat Program Food Estate ini, maka hasilnya akan meningkat terus. Dalam setahun, saat ini sudah bisa dua kali tanam dalam setahun atau IP 200. Harapan kita ke depan bisa mencapai IP 300 atau tiga kali masa tanam dalam setahun," ungkap Misran.

Misran yang telah 25 tahun tinggal di daerah tersebut menambahkan bahwa tantangan alam yang kerap ditemui petani adalah ancaman banjir. Fenomena banjir itu juga yang membuat hampir 30% warga keluar desa mencari penghidupan lain di luar desanya dan meninggalkan lahan pertaniannya. Dalam hal kesuburan tanah juga di awal-awal menjadi tantangan tersendiri karena tanahnya cenderung asam. Namun dengan perlakuan khusus pada tanahnya seperti kapur dan komposer sudah ada perbaikan untuk kualitas kesuburan tanahnya.      

Setelah tiga kali panen, kondisi lahan relatif normal. Para petani juga memanfaatkan metode simbiosis tertentu dalam memperlakukan lahannya. Misalnya dengan mengusahakan bebek petelur. Dengan demikian, petani bisa memperoleh manfaat lain dari adanya ternak bebek tersebut dalam proses menunggu masa panen.Petani bisa mendapatkan penghasilan dari aktivitas menjual telur mentah dan telur asin dari bebek tersebut.

Suyatno mengaku bahwa program food estate di Kapus berlangsung dengan baik. Ia mulai mengikuti kegiatan budi daya pertanian melalui program food estate sejak tahuan 2020. Menurutnya, yang pasti program food estate telah memberikan keuntungan bagi masyarakat. Jika sebelumnya ekonomi masyarakat lemah sekarang meningkat.  Suyatno menekankan bahwa masyarakat tidak akan kekurangan pangan setelah adanya program food estate. 

'Itulah bukti keberhasilan program food estate," ucap Suyatno.

Sedangkan Ismail mengungkapkan bahwa sewaktu musibaha banjir, banyak masyarakat di desanya yang keluar desa untuk mencari peruntungan hidup. Ia sendiri terpaksa berjualan peyek di desa sebelah atau mengambil upahan mencangkul.. 

"Kalau sekarang, kami sudha merasa tenang karena sudah ada sawah padi. Sudha ada tempat juga untuk menanam cabe. Sistem pengairan di sini sudah bagus. 

"Intinya, alhamdulillah, luas biasa pengaruh program food estate ini," kata Ismail. 

 

 

 

petani kapuas kalteng  food estate kalteng desa magnet ekonomi

Bagikan Artikel Ini