Survey Beresponden Sedikit Anies Terendah, dengan Responden Banyak Malah Teratas

Di pooling, Anies Baswedan selalu terunggul

nasional

Survey Beresponden Sedikit Anies Terendah, dengan Responden Banyak Malah Teratas

27 lembaga survey menempatkan Anies Baswedan berada di posisi terendah, Namun Anies selalu paling unggul dalam responden dengan puluhan ribu atau jutaan orang.
 

 

TRIASINFO, JAKARTA - PADA tanggal 25 Agustus lalu, CNBC merilis hasil survey terbaru yang mengundang perhatian. Hasil dari 27 lembaga survei menunjukkan, Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, hampir selalu berada pada posisi terendah dalam elektabilitas. Namun, suatu paradoks muncul ketika hasil survey yang melibatkan puluhan ribu hingga jutaan responden malah menempatkan Anies dalam posisi teratas.

Fenomena ini telah memicu pertanyaan tentang validitas dan representativitas hasil survey berdasarkan jumlah responden yang berbeda.

Lembaga survei seperti PWS, SMRC, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, dan Voxpol, yang biasanya melibatkan responden di bawah 5.000 orang, secara konsisten menempatkan Anies Baswedan dalam posisi elektabilitas yang terendah. Namun, di platform-platform seperti Google, Facebook, Twitter, dan Instagram, hasil survei yang melibatkan puluhan ribu hingga jutaan responden selalu menempatkan Anies di elektabilitas tertinggi  dibandingkan dengan kandidat lainnya dengan selisih suara yang signifikan.

Sebagai contoh berikut hasil polling yang terbuka untuk umum yang melibatkan puluhan ribu responden, terlihat ketimpangan tinggi, paling tidak berdasarkan data pada 27/8/2023.

Bagi anda yang tertarik untuk mengikuti polling ini jika masih dibuka bisa mengaksesnya melalui link ini. Ayo libatkan diri kita masing-masing dan kerabat kita untuk mengisi polling yang ada, siapun calon presiden favorit anda.

Pertanyaannya adalah, mana yang lebih merepresentasikan preferensi pemilih? Apakah hasil dari sedikit responden dapat mencerminkan kecenderungan mayoritas pemilih, terutama mengingat jumlah total calon pemilih yang mencapai lebih dari 204 juta?

Akibat dari paradoks ini, banyak kalangan yang mulai meragukan validitas hasil survei dari lembaga-lembaga tersebut. Muncul kekhawatiran bahwa responden yang terlibat mungkin berasal dari kelompok-kelompok tertentu yang tidak mewakili seluruh spektrum masyarakat. Lembaga-lembaga survei ini sering kali mengklaim kredibilitas mereka, namun potensi adanya agenda tersembunyi atau pesanan dari pihak tertentu menjadi pertanyaan mendasar.

Fenomena serupa terjadi pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta tahun 2017. Hasil survei pada waktu itu juga meramalkan kekalahan Anies Baswedan, tetapi hasil akhir PilGub justru berbanding terbalik. Hal ini membuat banyak pihak meragukan akurasi dan ketepatan hasil survei, serta mempertanyakan apakah lembaga-lembaga survei tersebut benar-benar dapat memprediksi hasil pemilihan dengan tepat.

Tanggapan beragam muncul dari berbagai kalangan terkait fenomena ini. Beberapa pihak cenderung mendukung pendapat yang sesuai dengan pandangan dan tujuan mereka, sementara yang lain lebih skeptis terhadap hasil survei tersebut.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengomentari hal ini dengan mengatakan kepada Republika bahwa “pemilihan berdasarkan opini dari 1.200 orang (responden survei) dalam konteks pemilih sebanyak 205 juta orang tidak mampu merepresentasikan keseluruhan opini.”

Ahmad Syaikhu, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), juga menunjukkan sikap yang relatif santai terhadap elektabilitas rendah Anies dalam hasil survei. Menurutnya, situasinya saat ini mengingatkan pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Pada waktu itu, survei juga meramalkan kemenangan Anies yang rendah, tetapi pada akhirnya ia memenangkan pemilihan sebenarnya.

Anies Baswedan sendiri merespons hasil survei ini dengan tenang, seperti yang tercatat di Suara.com. Ia mengungkapkan, “Kami telah terbiasa ditempatkan di posisi ketiga, dan kami tetap optimis untuk berjuang pada Pilpres 2024.”

Fenomena ini menggarisbawahi kompleksitas dalam mengukur preferensi pemilih. Pengaruh ukuran sampel, metode pengumpulan data, dan interpretasi data semuanya berperan dalam membentuk gambaran elektabilitas seorang kandidat. Namun, pada akhirnya, hasil pemilihan yang sebenarnya adalah yang paling menentukan. TRIAS/Anis Fuadi

anies baswedan  pooling pilpres

Bagikan Artikel Ini