Yos Arnold Tarigan
GBKP singkatan dari Gereja Batak Karo Protestan, merupakan Gereja Kristen Protestan yang berakar di Tanah Karo, Sumatera Utara. Gereja ini melayani masyarakat suku Karo. Didirikan melalui pekabaran Injil oleh misionaris dari Nederlandsche Zendeling Genootschap (NZG).
Oleh : Yos Arnold Tarigan, SH,MH
GBKP berupaya melestarikan budaya Karo yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, khususnya Kristen Protestan. GBKP berdiri pada tanggal 23 Juli 1941 di Sibolangit, setelah melalui proses panjang pekabaran Injil dan pendidikan teologi bagi tokoh-tokoh Karo.
GBKP memiliki museum yang menyimpan berbagai koleksi yang merefleksikan sejarah dan budaya masyarakat Karo. Museum Gereja Batak Karo Protestan (disingkat Museum GBKP) adalah museum yang terletak di kompleks Taman Jubelium 100 Tahun GBKP di Bandar Baru, Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Museum GBKP didirikan sebagai bagian dari perayaan Jubileum 100 tahun Gereja Batak Karo Protestan (GKBP) untuk melestarikan warisan dan dokumen sejarah.
Meskipun GBKP berpusat di Tanah Karo, perannya sebagai gereja yang melayani masyarakat Karo tetap terasa hingga ke perantauan, menjaga ikatan kekeluargaan dan spiritualitas bagi warganya di seluruh dunia.
GBKP memiliki peran penting bagi masyarakat Karo dalam berbagai aspek kehidupan. GBKP tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam pelestarian budaya, pembangunan sosial, dan pendidikan.
GBKP memiliki peran strategis dalam menjaga identitas, membangun karakter, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Karo, menjadikannya gereja yang tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya.
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) juga berperan penting dalam menjaga kelangsungan budaya Karo dengan melestarikan aspek-aspek budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran Kristen Protestan. GBKP mempromosikan penggunaan bahasa Karo dalam kegiatan gereja, serta mengintegrasikan unsur-unsur budaya Karo dalam dekorasi, pakaian, dan ritual ibadah.
Berikut ini adalah beberapa peran spesifik GBKP dalam pelestarian budaya Karo:
Penggunaan Bahasa Karo:
GBKP mendorong penggunaan bahasa Karo dalam kegiatan gereja, baik dalam ibadah maupun dalam komunikasi sehari-hari di lingkungan gereja dan keluarga.
Integrasi Budaya dalam Ibadah:
GBKP memasukkan unsur-unsur budaya Karo dalam berbagai kegiatan ibadah, seperti penggunaan pakaian adat, dekorasi ruangan, dan peralatan yang bernuansa Karo.
Pelestarian Upacara Adat:
GBKP berupaya melestarikan upacara adat Karo yang tidak bertentangan dengan ajaran Kristen, seperti Kerja Rani (pesta panen), dengan mengemasnya sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.
Pendidikan Budaya:
GBKP berperan dalam mendidik generasi muda Karo tentang budaya mereka, termasuk bahasa, adat istiadat, dan nilai-nilai luhur, agar budaya Karo tetap lestari.
Pemberdayaan Perempuan dan Pemuda:
Organisasi perempuan (Moria) dan pemuda (Permata) dalam GBKP aktif terlibat dalam pelestarian budaya, baik melalui kegiatan ibadah maupun kegiatan sosial kemasyarakatan.
Penyelarasan dengan Ajaran Kristen:
GBKP berupaya menyelaraskan praktik-praktik budaya Karo dengan ajaran Kristen, sehingga budaya dapat diwariskan tanpa bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.
Dengan berbagai upaya tersebut, GBKP berusaha untuk menjaga identitas budaya Karo tetap hidup dan lestari di tengah arus modernisasi dan globalisasi.
Gereja Batak Karo Protestan, memiliki peran penting dalam pendidikan di Tanah Karo. Tidak hanya berperan sebagai gereja, tetapi GBKP juga aktif dalam memajukan pendidikan masyarakat Karo melalui berbagai kegiatan dan lembaga pendidikan.
Dengan berbagai upaya tersebut, GBKP berkontribusi nyata dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun masyarakat Karo yang lebih baik.
(Penulis adalah mahasiswa Program Doktor Fakultas Hukum USU)