MENAMBANG PANGAN DI BEKAS TAMBANG

lintasdaerah

MENAMBANG PANGAN DI BEKAS TAMBANG

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tengah menyiapkan para petani yang mampu berlari kencang menyongsong sebuah inovasi brilian di tanah Kaltim, yakni program pengelolaan eks lahan pertambangan batu bara menjadi lahan kawasan pertanian yang produktif.
 

“Ada sekitar 5,1 juta hektar lahan yang telah digunakan untuk pertambangan. Sebagian besar sudah selesai dieksplorasi, dan tantangan kami adalah memanfaatkan lahan tersebut untuk kepentingan sektor pertanian.”

Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Prof. Dr. Akmal Malik, M.Si, melakukan gebrakan yang menarik untuk provinsi yang Tengah dia pimpin ini. Apakah itu?

Akmal tengah memacu budidaya pangan demi terwujudnya swasembada pangan dan kemandirian pangan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang batu bara yang selesai dieksplorasi. Tujuannya untuk meningkatkan produksi pangan, juga sekaligus menjaga dampak buruk pada lingkungan akibat aktivitas pertambangan selama ini.

Kegiatan menanam jagung di Kaltim, sebagai contoh, di lahan eks tambang selain akan meningkatkan produksi pangan, juga sekaligus memulihkan lingkungan dengan menghadirkan lahan subur. Dengan kata lain, bercocok tanam di bekas tambang dapat memulihkan lingkungan serta memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat.
Kalau melihat potensi sumber daya alam di Kaltim, penambangan batu bara dan sumber energi lainnya masih jadi andalan utama. Namun, dalam setahun terakhir, pemerintah provinsi Kaltim telah melakukan diversifikasi, dan mendorong secara intensif untuk mengimbangi ketergantungan yang tinggi pada sektor pertambangan dan minyak.

"Alhamdulilah, ketergantungan kita terhadap pertambangan sudah berkurang tinggi dari 45% sekarang sudah turun menjadi 37%. Ketergantungan kita pada sektor pertambangan dan energi, kita coba alihkan ke sektor pangan," tandas Akmal.

Akmal menambahkan, di dunia ini ada dua bisnis yang tidak pernah habis-habisnya. Satu bisnis di bidang energi dan satu lagi bisnis di bidang pangan. Pertanyaannya, orang masih bisa hidup tanpa listrik, tapi tak bisa hidup tanpa pangan. Artinya, di antara dua sektor ini, sektor pangan tetaplah yang menjadi pilihan nomor satu.

Itu sebabnya Akmal mengaku senang ketika Presiden RI Prabowo Subianto memberikan penekanan terkait dengan pentingnya pangan serta kemandirian energi karena dua hal ini paling penting.
“Kalau mau dibandingkan energi dan pangan, kita lebih mementingkan pangan," tandasnya.
Sebagai informasi, Kaltim memiliki potensi besar untuk memanfaatkan lahan pasca tambang demi mendukung ketahanan pangan nasional.

“Ada sekitar 5,1 juta hektar lahan yang telah digunakan untuk pertambangan. Sebagian besar sudah selesai dieksplorasi, dan tantangan kami adalah memanfaatkan lahan tersebut untuk kepentingan sektor pertanian.
” Belum lama ini di awal tahun 2025, Akmal Malik, bersama musisi legendaris Slank dan unsur Forkopimda Kaltim, dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-68 Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, melakukan aksi penanaman bibit padi di lahan bekas tambang PT Bukit Baiduri Energi (BBE), di Desa Merandai dan di Desa Loa Duri Ulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kegiatan itu sebagai  buktibahwa lahan bekas tambang bisa dimanfaatkan untuk menjadi lahan pertanian.

"Aksi ini bertujuan membuktikan bahwa lahan bekas tambang dapat dioptimalkan untuk mendukung ketahanan pangan. Kita buktikan bahwa transformasi ini bisa dilakukan. Kita telah menjadikan lahan bekas tambang seluas 15 hektar bersinergi dengan perusahaan sebagai lokasi pengembangan pertanian padi sawah. Program ini sejalan dengan komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan serta visi Kalimantan Timur sebagai bagian dari Indonesia Emas 2045," cetus Akmal.

Maksimalkan Peran Penyuluh Pertanian
Banyaknya lahan bekas pertambangan batu bara di Kaltim, membuat Pemprov Kaltim berpikir keras agar dapat mengelolanya secara tepat sehingga memiliki nilai tambah, serta bermanfaat bagi masyarakat.
Akmal Malik menyampaikan bahwa Pemprov Kaltim siap memaksimalkan peran kelompok penyuluh pertanian di daerah, untuk mengelola lahan bekas tambang batu bara menjadi lahan bermanfaat untuk ketahanan pangan.

“Kami akan memberikan dukungan kepada para petani dan penyuluh pertanian. Asalkan para petani dan kelompok tani mampu berlari kencang. Artinya, hanya petani atau penyuluh pertanian yang kreatif dan mau kerja keras saja akan dibantu,” kata Akmal Malik.
Harapannya, para petani dan penyuluh pertanian memberikan contoh nyata dulu kepada petani. Sejalan dengan itu, pemerintah daerah siap memberikan dukungan atau insentif kepada mereka yang sukses mengembangkan lahan eks tambang.

“Maksud dan tujuan saya, para penyuluh pertanian mampu mengembangkan lahan eks pertambangan batu bara dan mampu mendukung ketahanan pangan di Kaltim,” tandas Akmal yang juga menjabat Dirjen Otda Kemendagri.
Karena itu, Pemprov Kaltim akan memetakan berapa kelompok penyuluh pertanian yang dibutuhkan di seluruh Kaltim. Mohon maklum, lahan eks tambang yang akan dikelola Pemprov Kaltim tersebar di 8 kabupaten dan kota di seluruh Kaltim.

“Prinsipnya, mereka yang diberikan bantuan, yaitu kelompok penyuluh pertanian yang betul-betul sukses mengelola lahan eks tambang, baik untuk budidaya pertanian, peternakan maupun perikanan,” papar Akmal Malik.
Akmal Malik memberikan contoh dengan 5 hingga 10 lubang eks tambang akan dikelola menjadi kolam ikan, Lahan itu bisa menghasilkan sekian ton ikan tentu hasilnya bisa dirasakan masyarakat.

Karena itu, Akmal Malik meminta seluruh kelompok penyuluh pertanian bisa semangat mengelola lahan eks tambang batu bara tersebut, sehingga bisa berguna untuk kelangsungan hidup masyarakat ke depannya.
Pemprov Kaltim siap memaksimalkan peran kelompok penyuluh pertanian di daerah untuk mengelola lahan bekas tambang batu bara menjadi lahan bermanfaat untuk ketahanan pangan.

"Kami akan memberikan dukungan kepada para petani atau penyuluh pertanian. Asalkan para kelompok tani mampu berlari kencang. Artinya, hanya petani atau penyuluh pertanian yang kreatif dan mau kerja keras saja dibantu," kata Akmal Malik.

Menurut Akmal, kenapa dirinya Bersama Pemprov Kaltim menyiapkan para petani yang mampu berlari kencang. Karena, hingga saat ini Pemprov Kaltim sedang menyiapkan program pengelolaan eks pertambangan batu bara menjadi lahan kawasan pertanian.

"Hasil dari itu, tentu pemerintah daerah siap memberikan dukungan atau insentif kepada penyuluh pertanian yang sukses mengembangkan lahan eks tambang," ujarnya lagi.
Akmal memberikan contoh dengan 5 hingga 10 lubang bekas tambang dikelola menjadi kolam ikan, Kemudian lahan itu bisa menghasilkan sekian kilogram bahkan ton ikan, tentu hasilnya bisa dirasakan masyarakat.
Sejak resmi menjabat sebagai Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim pada 2 Oktober 2024, Akmal Malik langsung menetapkan focus pada kemandirian pangan sebagai prioritas utama Kaltim.
Akmal menyadari, meskipun Kaltim kaya akan sumber daya alam tak terbarukan seperti batu bara, minyak, dan gas, semua kekayaan itu akan habis pada waktunya.

Seperti saat ini, Kaltim masih bergantung pada pasokan pangan dari luar daerah, seperti Sulawesi, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Namun, Akmal menegaskan bahwa kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus.
“Kita tidak akan bisa makan batu bara. Kita harus menyiapkan beras dan pangan lainnya sekarang, sebelum sumber daya alam kita habis,” ujarnya.

Greenhouse dan Budaya Menanam di Sekolah
Akmal Malik baru-baru ini melakukan panen perdana tanaman sawi dan pakcoy di green house SMKN 19 Samarinda.. Akmal mengapresiasi langkah Disdikbud Kaltim dalam memotivasi sekolah-sekolah untuk memulai pembelajaran tentang ketahanan pangan melalui pendirian greenhouse.

"Kami mengapresiasi Kepala SMK 19 beserta jajarannya, termasuk para siswa-siswinya. Apa yang dilakukan ini bisa menjadi percontohan bagi sekolah-sekolah lain," ujarnya.
Menurutnya, ketahanan pangan harus dimulai dari diri sendiri agar kebutuhan sayur mayur terpenuhi.
Ia juga menekankan, urusan ketahanan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan melibatkan semua sektor, termasuk sekolah.

"Upaya peningkatan ketahanan pangan merupakan urusan semua sektor termasuk dinas instansi terkait, seperti Dinas PUPR yang bertugas meratakan lahan untuk pertanian atau greenhouse. Pendekatannya harus kolaboratif," tegasnya.

Upaya ketahanan pangan juga harus menyentuh pemerintah kabupaten dan kota serta dimulai dari anak-anak sekolah jenjang SD, SMP, bahkan TK.
"Ini penting dilakukan untuk memberikan pengajaran proses sejak awal, bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Tidak hanya proses produksi, tetapi juga pemasaran, sehingga kita mengajari anak-anak untuk mandiri," tambahnya lagi.

Untuk mewujudkan kemandirian pangan di Kaltim, Pj. Gubernur Kaltim jugamendorong perusahaan dan petani mengembangkan lahan bekas tambang menjadi lahan pertanian tanaman hortikultura.
Terkait dengan adanya kekhawatiran petani soal jenis tanah dan kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah bekas tambang tidak aman untuk tanaman, lanjut Akmal Malik, Pemprov Kaltim telah menggandeng teman-teman ahli dari Universitas Mulawarman.

"Dari hasil diskusi dan pengamatan di lapangan, tanaman padi itu paling bagus menahan timbal, dia tidak sampai ke berasnya, dia cuma sampai di akarnya. Saat ini, kekhawatiran terkait hal ini sudah semakin menipis, karena masyarakat sudah melihat langsung contohnya," tegasnya.

Lantas, bagaimana dengan pangsa pasarnya? Kaltim memainkan tanaman hortikultura karena Kaltim punya lahan hampir 220.000 hektar. Dalam memilih komoditasnya juga harus diketahui ke mana pasarnya.
"Ke depan, dengan banyaknya lahan bekas tambang yang sudah selesai eksplorasinya, kita upayakan agar bisa digunakan oleh petani dan mengelolanya menjadi lahan produktif penghasil tanaman pangan," jelasnya.
Akmal Malik menegaskan bahwa saat ini tengah dibuktikan bahwa tanaman anggur bisa tumbuh dan sudah memberikan hasil panennya di Kaltim.

"Intinya, tanah bekas tambang di Kaltim tidak tertutup kemungkinan untuk ditanami tanaman sayuran serta tanaman hortikultura lainnya. Untuk pengembangan teknologinya. kita menggandeng beberapa ahli terkait," paparnya.

Program ini juga melibatkan peluncuran Gerakan Menanam 1 Siswa 1 Pohon, yang dimulai di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Samarinda pada 7 Desember 2024.
Sebanyak 123.493 bibit pohon ditanam sebagai bagian dari penghijauan sekolah-sekolah di Kaltim. Akmal menyebut, gerakan ini tidak hanya mendukung kemandirian pangan tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam menghasilkan oksigen untuk dunia.

Akmal juga menyoroti minat generasi muda terhadap pertanian yang semakin menurun. Untuk itu, ia mendorong pengembanganpertanian modern seperti menggunakan greenhouse agar lebih menarik bagi generasi muda.
Pemprov Kaltim juga akan mengerahkan anak-anak sekolah jenjang SMK/SMA untuk melakukan penanaman pohon di lahan bekas tambang maupun lahan potensial di seluruh kabupaten/kota se-Kaltim.
"Kolaborasi kabupaten/kota dengan provinsi untuk menggalakkan penanaman pohon di wilayah Kaltim, dengan melibatkan anak-anak SMA/SMK untuk menanam," ujarnya.

Setelah melakukan panen raya padi, Akmal Malik melakukan penanaman bibit pohon endemik Kaltim di lokasi lahan bekas tambang. Di antaranya nangka madu, jeruk ponti dan jeruk pamelo.

"Ke depan, dengan banyaknya lahan bekas tambang yang sudah selesai eksplorasinya, kita upayakan agar bisa digunakan oleh petani dan mengelolanya menjadi lahan produktif penghasil tanaman pangan,"

Optimalisasi Lahan Pascatambang
Sejalan dengan itu, Akmal Malik juga menggandeng perusahaan tambang untuk mengoptimalkan lahan pascatambang menjadi lahan produktif. Program ini meliputi pengembangan sawah, tanaman coklat, rumput odot, sayuran, dan pisang, serta mendukung sektor peternakan dan perikanan.
“Kami mengajukan 200.000 hektare lahan eks tambang untuk dijadikan lumbung pangan Kaltim,” ungkap Akmal. Ia juga menyebut bahwa Kaltim telah mendapat kuota 18.000 hektar pencetakan sawah dari Kementerian Pertanian pada tahun depan.

Dalam mendukung arahan Presiden Prabowo Subianto untuk membangunlumbung pangan di desa-desa, Akmal menekankan pentingnya sinergi antar organisasi perangkat daerah (OPD).
“Kemandirian pangan bukan hanya urusan Dinas Pangan, tetapi melibatkan Dinas Pendidikan, Perkebunan, Kehutanan, dan lainnya. Perencanaan harus jelas,” katanya.

Akmal Malik kembali mengingatkan pentingnya kemandirian pangan di Kaltim. Meskipun Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Kaltim berada di atas rata-rata nasional, Kaltim masih bergantung pada penyediaan beras dari daerah lain.
"Pangan kita masih lebih banyak ditunjang oleh penyediaan dari daerah lain," kata Akmal Malik.
Menurut Akmal, produksi pangan Kaltim terus mengalami penyusutan dari tahun ke tahun, sehingga harus menutup kekurangan penyediaan pangan dari daerah lain. Meskipun Kaltim memiliki kekuatan fiscal yang kuat untuk mendukung penyediaan pangan dari luar, hal ini tidak baik dalam jangka panjang.
Akmal menekankan bahwa esensi otonomi daerah adalah kemandirian, dan jika tidak disiapkan dengan baik, kemandirian pangan akan menjadi persoalan di masa depan.

Sebagian besar kabupaten/kota di Kaltim memiliki IKP di atas rata-rata nasional, namun masih ada beberapa daerah yang perlu diperhatikan. Ia memaparkan langkah-langkah strategis pertanian berkelanjutan di Kaltim.
"Hanya ada tiga daerah yaitu Kubar, Kutim dan Mahulu yang IKP-nya di bawah rata-rata nasional," ujarnya.
Akmal Malik menekankan pentingnya memanfaatkan lahan bekas tambang untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan di masa depan.

"Kaltim harus menjadi contoh transformasi berkelanjutan, di mana Pembangunan ekonomi dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan," jelasnya.
Ia berharap kolaborasi antara pemerintah, pemegang konsesi tambang, dan masyarakat dapat terus berkembang.
"Apa yang kita lakukan hari ini adalah langkah awal yang bermakna. Semoga ini menjadi inspirasi untuk seluruh daerah," katanya.

Lahan eks tambang BBE yang dikelola untuk penanaman padi mencapai 5.000 hektare. Sebanyak 46 petani dari Kelompok Tani Baiduri Bukit Mandiri terlibat dalam program ini, dengan dukungan penuh dari perusahaan, mulai dari pengelolaan lahan, penyemaian serempak, hingga pengendalian hama.
Hasil panen menunjukkan peningkatan signifikan, mencapai 3,5 hingga 4 ton per hektare, dibandingkan sebelumnya yang hanya 2,5 ton. Pendapatan petani dari lahan seluas 2.000 m² per petak berkisar Rp 28 juta hingga Rp 32 juta per periode tanam.

"Air irigasi yang digunakan telah diolah dengan aman dan mendukung keberhasilan pertanian ini. Dengan keberhasilan program ini, kami yakin bahwa lahan eks tambang dapat tumbuh bersama masyarakat. Penanaman padi di lahan eks tambang ini membuktikan bahwa transformasi pertambanganke pertanian adalah solusi nyata untuk ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan,” tegasnya.
Untuk mewujudkan cita-cita menjadikan lahan tambang menjadi lahan produktif, Akmal Malik, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk memperkuat ketahanan pangan di Kalimantan Timur.

"Kita harus kolaborasi dan komitmen dalam mengatasi masalah ketahanan pangan, termasuk pemanfaatan lahan bekastambang untuk pertanian," katanya.
Kegiatan pertanian memanfaatkan lahan bekas tambang di Kaltim telah membantu merehabilitasi 2.588 hektare lahan kritis. Lahan kritis pasca aktivitas pertambangan itu dikonversi menjadi lahan produktif untuk berbagai jenis tanaman pangan ataupun hortikultura.

Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Menurut Kepala DPTPH Provinsi Kaltim, Kaltim Siti Farisyah Yana, dengan adanya lahan bekas tambang diyakini bisa untuk budidaya tanaman pangan.
Ekosistem dalam menjaga lingkungan hidup itu penting. Untuk masalah kesuburan tanah di Kaltim menurutnya bukan berada pada tanahnya saja tapi juga ada di tanaman.
Seringkali orang salah tanggap dengan adanya tanaman hutan seolah-olah tanah di Kaltim subur padahal kesuburan itu ada di tanaman itu sendiri sehingga apabila ada tanaman di tanah yang kosong pasca tambang berarti sudah mengembalikan kesuburan. .

Kemungkinan tanaman yang dapat tumbuh subur di tanah eks tambang batu bara ini adalah tanaman yang memiliki akar panjang dan dalam. Sebab setiap tumbuhan yang memiliki akar yang dalam itu akan menjaga sirkulasi air kemudian memperbaiki struktur tanah.
Tanaman yang memiliki potensi tumbuh di lahan eks tambang di antaranya adalah pohon kakao, lengkeng, sereh wangi, jagung hingga rumput odot sebagai pakan hewan ternak.

Langkah Strategis Pemprov Kaltim
Secara keseluruhan, Akmal Malik mengusulkan agar lahan-lahan bekas tambang batu bara di Kaltim dialihkan secara strategis untuk kegiatan pertanian. Akmal menambahkan, kunjungannya ke beberapa wilayah di Kaltim selama ini difokuskan pada acara pengelolaan lahan eks tambang.
Dia berharap, lahan bekas tambang batu bara tidak hanya menjadi beban lingkungan, tetapi menjadi sumber daya yang produktif.

"Saat ini, saya sangat bersemangat dalam mengelola lahan bekas tambang untuk mendukung ketahanan pangan," ujarnya. Akmal menyoroti potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah dengan sekitar 500.000 hektare lahan bekas tambang batu bara yang tersedia.
Akmal Malik juga menyoroti potensi ekonomi dari tanaman non pangan seperti rumput odot. Menanam rumput saja di lahan 10 hektare bisa menghasilkan hingga puluhan juta. Rumput odot, misalnya, memiliki nilai ekonomi hingga Rp 50 juta.

Menurut Siti Farisya Yana, agar lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan dengan baik, perlu dilakukan reklamasi yang tepat agar tanah tersebut bisa kembali subur dan dapat digunakan untuk pertanian atau budidaya lainnya.
Tanpa proses reklamasi yang benar, lubang bekas tambang yang ditutup tidak menjamin tanah tersebut dapat mendukung kesuburan yang diharapkan.
“Harus dilakukan reklamasi yang tepat. Sehingga lahan tambang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya,” katanya.

Proses reklamasi ini penting untuk mengembalikan kesuburan tanah yang telah hilang akibat proses pertambangan. Kesuburan tanah lebih banyak ditentukan oleh keberadaan tanaman yang tepat. Tanaman dapat menyuplai unsur hara yang diperlukan oleh tanah.
Oleh karena itu, memilih jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan bekas tambang sangat penting agar proses reklamasi bisa berjalan dengan efektif. Ia menjelaskan bahwa tanaman yang memiliki perakaran panjang dan dalam sangat dianjurkan untuk ditanam pada lahan yang telah terdegradasi.

“Tanaman dengan perakaran Panjang dan dalam sangat dianjurkan, agar bisa menjaga sirkulasi air dan memperbaiki struktur tanah yang telah terdegradasi. Apalagi tanaman yang memiliki cambium dan berakar tunggang,” ujar Yana.

Jenis tanaman yang memiliki akar tunggang dan berkambium, seperti pohon kakao, mangga, atau kelengkeng, menjadi pilihan yang sangat tepat untuk ditanam di lahan bekas tambang. Tanaman-tanaman ini tidak hanya dapat bertahan di tanah yang telah terdegradasi, tetapi juga memiliki kemampuanuntuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan sirkulasi air di lahan tersebut.

Pohon kakao, pohon mangga, dan pohon kelengkeng merupakan contoh tanaman yang cocok untuk ditanam di lahan bekas tambang. Selain itu, tanaman-tanaman ini juga dapat memberikan hasil yang menguntungkan bagi masyarakat, seperti buah yang bisa dijual atau hasil panen lainnya. Tanaman yang ditanam di lahan bekas tambang juga diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas pertambangan, seperti kerusakan lingkungan dan berkurangnya lahan produktif. (ETD)
 

pj gubernur kaltim pemprov kalimantan timur kaltim

Bagikan Artikel Ini