SISKA KU INTIP Paman Birin di Kalsel 

Mamiek, Kadisbunak Kalsel, mengajak Trias ke Desa Jorong, Kabupaten Tanah Laut, untuk melihat langsung program SISKA KU INTIP

lintasdaerah

SISKA KU INTIP Paman Birin di Kalsel 

SISKA KU INTIP adalah sebentuk inovasi langkah perwujudan ‘Green Economy’ Kalimantan Selatan melalui pengintegrasian dan penyinergian kegiatan peningkatan populasi dan produksi sapi melalui pemanfaatan lahan sawit inti-plasma dan limbah sawit.
 

TRIASINFO, TANAH LAUT -  Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel), melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan, meluncurkan program SISKA KU INTIP  dalam rangka percepatan swasembada produksi sapi di Kalsel.
Dalam program Bincang Tipis-Tipis dengan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Kadisbunak) Provinsi Kalimantan Selatan, Drh. Hj. Suparmi yang akrab disapa Mamiek, TRIAS mengelaborasi secara mendalam apa sesungguhnya program SISKA KU INTIP, yang tengah digalakkan Pempov Kalsel,


Berlokasi di lahan perkebunan kelapa sawit di Desa Jorong Kabupaten Tanah Laut, Kalsel, Mamiek menerangkan sekelumit hal ihwal program SISKA KU INTIP tersebut.  
Mamiek menuturkan, SISKA KU INTIP adalah program superprioritas Gubernur Kalsel Sahbirin Noor (Paman Birin) yang merupakan akronim dari Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Berbasis Inti Plasma.
SISKA KU INTIP menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan perkebunan kelapa sawit sebagai inti dan pekebun, peternak atau masyarakat sekitar sebagai plasma.
Tujuan dari program SISKA KU INTIP  adalah untuk mendukung peningkatan produksi dan populasi sapi potong secara  diversifikasi terintegrasi melalui percepatan budidaya sapi berkelanjutan bekerja sama dengan perusahaan perkebunan  dalam upaya mendukung ketahanan pangan, ketahanan energi dan membangun ekonomi hijau (green economy).
Pelaksanaannya di lapangan? SISKA KU INTIP diluncurkan dalam rangka percepatan peningkatan populasi produksi sapi di Provinsi Kalsel, untuk percepatan swasembada sapi di Kalsel, sehingga diharapkan bahwa dengan terlaksananya program SISKA KU INTIP ini muncul skema bisnis baru di masyarakat dan juga meningkatkan kesejahteraan pekebun dan peternak di masyarakat karena ini terjalin kemitraan antara  pihak inti yang memberikan lahannya dan memberikan CSR produktifnya, mengizinkan sapi-sapi masyarakat masuk ke lahan perkebunannya untuk digembalakan di lahan sawit mereka atau di lahan milik masyarakat yang bermitra atau menjadi plasma dari perusahaan inti kelapa sawit tersebut.
Dengan bergabung dalam program SISKA KU INTIP, berikut ini manfaat yang diperoleh peternak antara lain mereka menjadi lebih efektif dan efisien dalam memelihara sapinya. Yang mana sebelum ikut program SISKA KU INTIP, sapi-sapi digembalakan oleh para peternak di semua lahan perkebunan, sehingga untuk menggembala memakan waktu dan harus menunggu.


Namun dengan masuk dan mengikuti program SISKA KU INTIP, dengan ada intervensi dari pemerintah provinsi dan CSR Stakeholder terkait, mereka dibantu  pagar elektrik (electric fence)  agar mudah mengatur rotasi grazing para sapi. Otomatis dari sisi peternak, menjadi lebih efisien dalam mengembalakan sapi-sapinya. Makan waktu lebih sedikit. Biaya untuk memelihara dan mengawasi sapi-sapinya pun menjadi lebih minimal. Sebelumnya  untuk menggembalakan sapinya  dibutuhkan berliter-liter BBM, sekarang jauh lebih murah. Dalam satu hari hanya dibutuhkan sebanyak satu liter BBM untuk mengembalakan ternak sapi.Demikian juga dengan kebutuhan pakan  sudah terpenuhi dari daun dan pelepah sawit maupun limbah pabrik kelapa sawit.
Dengan adanya program SISKA KU INTIP ini, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Provinsi Kalsel telah menciptakan satu sistem putaran usaha baru kepada masyarakat dalam hal ini para pekebun dan peternak.
Di satu sisi, pekebun sawit yang semula hanya mengandalkan sawitnya saja sekarang berkat program SISKA KU INTIP ini bisa dibangun korporasi atau bisnis baru di perkebunan kelapa sawit  Jadi sapi-sapi di lahan kelapa sawit adalah milik pekebun dan  masyarakat peternak itu sendiri bukan milik  perusahaan inti kelapa sawit.
Di lain sisi, masyarakat pemilik sapi bisa mengatur populasi sapi miliknya. Masyarakat peternak yang ingin menambah populasi sapi baik indukan maupun yang siap potong, sudah dimudahkan aksesnya dengan pembiayaan KUR (kredit usaha rakyat) berbunga rendah dari perbankan.

Mamiek bersama sapi-sapi milik pekebun dan masyarakat peternak sekitar kebun

Pada bagian lain, Mamiek menjelaskan, program SISKA KU INTIP diluncurkan oleh Pemprov Kalsel tak lepas juga sebagai strategi manajemen konflik antara  masyarakat peternak dengan perusahaan akibat adanya ternak yang masuk ke kebun. 
“Program SISKA KU INTIP ini merupakan upaya Pemprov Kalsel menciptakan harmonisasi hubungan antara perusahaan inti dengan masyarakat pekebun plasma dan peternak. Ini sudah diatur dalam payung hukum yaitu Peraturan Gubernur (Pergub) Kalimantan Selatan Nomor 053 Tahun 2021 tentang Percepatan Swasembada Sapi Potong Melalui Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti-Plasma. 
Sejauh ini hubungan kolaborasi yang harmonis dan nyata sudah terjalin antara pemerintah daerah di Kalsel dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang dinaungi oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Cabang Kalimantan Selatan.
“Jadi mereka pengurus GAPKI ikut dicemplungkan sebagai pendamping program SISKA KU INTIP ini. Program SISKA KU INTIP ini juga didampingi oleh Indonesia-Australia Red Met and Cattle Partnership  sampai tahun 2024 melalui SISKA Supporting Program. Kami dari unsur pemerintah dan unsur GAPKI terlibat juga dalam kepengurusan SISKA Supporting Program itu dalam mendampingi program ini.”
Kata Mamiek, Kalsel kekurangan sapi. Artinya, kebutuhan akan sapi sangat tinggi di Kalsel ini. Saya kira tidak hanya Kalsel, semua wilayah Pulau Kalimantan mengalami kondisi kekurangan akan sapi. Artinya, potensi pasar sapi di Kalimantan sangat tinggi. Kondisi ini yang mendorong Gubernur Kalsel mengadakan program percepatan swasembada sapi, melalui extra effort dan program strategis yang nyata, yang juga menguntungkan peternak atau masyarakat Kalsel.
Kalau dia mendatangkan  bakalan untuk digemukkan dalam kurun waktu 6 bulan itu rata-rata peternak sudah bisa menghasilkan satu ekor sekitar Rp 800.000/bulan. Rata-rata minimal di sini peserta memiliki 3-5 ekor. Ada yang sampai 20-30 ekor sapi. Bahkan untuk kelompok  peternak yang sudah di SID di lokasi lain, itu bisa mencapai 300 ekor. Karena juga digembalakan di lahan kelapa sawit.
Alhamdlillah ini sudah diimplementasikan di 14 klaster dan yang sudah difasilitasi dengan sistem elektrik fence ada 7 klaster.
Trend penggunaan sistem ini terus meningkat dan saat ini sudah diimplementasikan di 4 kabupaten di Kalsel. TRIAS

SISKA KU INTIP  Pemprov kalsel Kadisbunak kalsel Drh. Hj. Suparmi

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga :