PNM Jadi Pelopor Peluncuran Orange Bond Pertama di Indonesia

Foto : Salah Satu Perempuan Orange Bond (Kiri) bersama Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi (Kanan)

nasional

PNM Jadi Pelopor Peluncuran Orange Bond Pertama di Indonesia

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mencatat sejarah sebagai institusi pertama di Indonesia yang menerbitkan Orange Bond—instrumen pembiayaan inovatif yang dirancang untuk mendukung program-program pembangunan berkelanjutan.
 

Triasinfo.com, Jakarta, 4 Juli 2025 – Sebagai langkah konkret dalam memperkuat komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya kesetaraan gender, Pemerintah Indonesia bersama Impact Investment Exchange (IIX) meluncurkan inovasi pembiayaan baru berupa obligasi oranye atau orange bonds pada pertengahan tahun 2024. Instrumen ini dirancang untuk mengisi kekosongan pendanaan proyek-proyek pembangunan berkelanjutan yang masih menghadapi defisit besar, terutama dalam aspek inklusi gender.

Yanuar Nugroho, Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs Kementerian PPN/Bappenas, menyampaikan bahwa kesenjangan pendanaan untuk program SDGs masih sangat tinggi, bahkan mencapai Rp24.000 triliun. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan pendanaan alternatif yang lebih kreatif dan berkelanjutan.

"Orange bonds hadir sebagai salah satu solusi inovatif untuk menyediakan dana bagi inisiatif-inisiatif yang mengintegrasikan keberlanjutan dan kesetaraan gender. Ini bukan hanya soal pembiayaan, tetapi juga soal keadilan dan pemberdayaan," ujar Yanuar dalam media briefing di Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Lebih dari sekadar instrumen keuangan, orange bonds diharapkan mampu memperkuat partisipasi kelompok perempuan dan komunitas marjinal dalam sektor ekonomi melalui akses pembiayaan yang inklusif. Pemerintah mendorong sektor swasta untuk turut mengadopsi skema ini dalam kegiatan usaha mereka sebagai bagian dari upaya bersama memperkuat dampak sosial ekonomi.

"Kami menargetkan pada 2025 sudah ada kolaborasi dengan mitra dari sektor swasta, tapi kami juga menghargai prosesnya. Ini harus tumbuh secara organik, tergantung kesiapan ekosistem,” imbuh Yanuar.

Angela Ng, Chief Operating Officer IIX, menegaskan bahwa kehadiran pemerintah sangat krusial dalam pengembangan orange bonds. Menurutnya, obligasi ini bukanlah pengganti dari obligasi berkelanjutan yang sudah ada, melainkan pelengkap yang memberikan fokus lebih tajam pada isu kesetaraan gender dan inklusi.

"Potensi mobilisasi dananya bisa mencapai USD 10 miliar atau sekitar Rp160 triliun, dengan target memberdayakan hingga 100 juta perempuan dan komunitas gender minoritas secara global pada 2030," jelas Angela.

Momentum penting kemudian terjadi pada pertengahan 2025, saat Orange Bond pertama resmi diterbitkan—bukan oleh korporasi swasta, melainkan oleh badan usaha milik negara, PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Keputusan ini menandai tonggak sejarah penting dalam inovasi pembiayaan berbasis dampak di Indonesia. Sebagai lembaga yang selama ini dikenal fokus pada pemberdayaan perempuan melalui pembiayaan ultra mikro, PNM dinilai paling siap dan relevan untuk memulai inisiatif ini.

Langkah PNM ini diharapkan membuka jalan bagi institusi lain, baik publik maupun swasta, untuk terlibat aktif dalam mengembangkan ekosistem pembiayaan berdampak yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

Orange Bond SDGs Pemberdayaan perempuan PNM

Bagikan Artikel Ini