Bincang Tipis-Tipis dengan Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono jadikan Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan Bikin Ngawi Lumbung Pangan
NGAWI-Kabupaten Ngawi menempati urutan teratas produktivitas padi nasional. Hal itu tak terlepas dari program Bupati Ony Anwar Harsono, dengan programnya 'Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan'. Menggunakan pupuk organik, selain meningkatkan jumlah dan mutu produksi, juga menyuburkan tanah secara terus menerus.
Di persawahan Ngawi biasa mendapatkan produksi padi 9,5 ton/hektar, sementara capaian nasional 5,6 ton/hektar. Para penyuluh pun aktif mendampingi petani untuk terus update ilmu budidaya padi di tengah iklim yang berubah-ubah.
Kemudian, para petani Ngawi secara mandiri membangun irigasi pompa yang mampu memasok air tiga kali tanam setahun atau IP 300, malah dalam 2 tahun bisa 7 kali tanam.
"Budaya kerja petani di Ngawi itu sudah terbangun dengan baik. Program Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan hanya pemantik. Tapi semangat kerja petani membuat Ngawi bisa produksi padi berlimpah, dan produktivitasnya semakin hari semakin baik," papar Bupati.
Dengan adanya program tersebut, lanjut Ony Anwar Harsono, secara perlahan petani mendapat bekal ilmu pengetahuan termasuk dalam mempertahankan kesuburan tanah. Petani diedukasi untuk memiliki kompetensi dalam menganalisa lahannya sendiri butuh apa. Jadi, petani itu diedukasi agar tidak melulu menggunakan pupuk kimia, tapi mulai beralih menggunakan pupuk organik.
"Semakin tinggi kompetensi dan keilmuan petani tentang usaha taninya, semakin cepat mereka mengantisipasi atau memitigasi terjadinya gagal panen. Karena, mereka akhirnya akan mengetahui ketika tanaman pertaniannya kurang bagus, pasti karena kekurangan ini. Yang pasti petani semakin cerdas dalam mengantisipasi segala risiko," tandasnya.
Selain mengaktifkan keberadaan penyuluh, kata Ony Anwar Harsono, Ngawi juga memiliki Agrotekno Park sebagai wahana bagi petani dalam mendapatkan ilmu pengetahuan (transfer knowledge). Untuk menjadi petani cerdas menuju kemandirian pangan.
"Untuk mendapatkan produksi padi yang berlimpah, petani di Ngawi juga diedukasi dalam hal pemilihan bibit agar hasilnya bagus. Kemudian manajemen air juga sangat menentukan dimana petani bisa mengalirkan air dari sumur dengan sistem pompa. Kemudian pemanfaatan pupuk yang tepat, termasuk pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk kimia. Dan, ketika semua pola ini dijalankan dengan baik, maka hama dan penyakit tanaman bisa teratasi," tegasnya.
Para petani Ngawi sejak dini antisipasi hama. Misal untuk basmi tikus, mereka menggunakan "serdadu" burung hantu yang terbukti efektif mengatasi persoalan tersebut.
Sesuai dengan program Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan, memiliki pengertian bahwa secara ekonomi bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat, dan secara sosial kemasyarkatan memberi manfaat bagi petani dan ramah lingkungan agar lahan pertanian milik petani bisa tetap memiliki kesuburan tanah yang terjaga dengan baik.
Sementara Kadis Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi Supardi menyampaikan bahwa Kabupaten Ngawi berada di urutan kedua penghasil padi terbesar di Jawa Timur setelah Lamongan. Pola pertanian di Ngawi dilakukan secara berkesinambungan dengan hamparan sawah sekitar 50.715 hektar.
"Jadi pola tanam di Ngawi itu tidak kita lakukan serentak, akan tetapi kita lakukan secara bertahap dimulai dari hamparan sawah Ngawi Barat, Ngawi Tengah, Ngawi Timur dan Ngawi Selatan. Ini dilakukan agar panennya tidak serentak. Di Ngawi kita bisa menanam padi satu tahun sampai 3 kali. Dan, kalau dalam 2 tahun kita bisa 7 kali, karena kita kecukupan air terjamin dengan menggunakan air sumur yang jumlahnya mencapai 25 ribu sumur di Kabupaten Ngawi," jelasnya.
Lebih lanjut Supardi menyampaikan bahwa sumur sebagai sumber air bagi petani adalah hasil dari swadaya dari petani itu sendiri, jadi petani tidak perlu khawatir kekurangan air karena sudah mempunyai sumber air sendiri.
Satu hal yang unik dengan pola pertanaman di Ngawi adalah dimana sistem pertanamannya dilakukan dengan sistem shift (bergantian). Karena, di Ngawi sudah ada Event Organizer (EO) tersendiri yang menyiapkan tenaga pendukung khusus untuk menanam padi, mengolah lahan dan panen. Jadi, tenaga pendukung tadi dipekerjakan secara bergantian mulai dari pagi, siang, sore dan bahkan sudah ada yang bekerja dini hari.
"Sesuai dengan program pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan, pertanian di Ngawi itu dilakukan secara estafet, artinya petani sebelum panen sudah mempersiapkan benih dan begitu panen selesai, traktor langsung jalan untuk mengolah lahan siap tanam," tegasnya.
Terkait dengan mempertahankan kesuburan tanah, Supardi menyampaikan bahwa di Ngawi ada Program "Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan" yang digalakkan oleh Pemerintah Daerah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan sambil menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan petani.
"Petani di Ngawi kita edukasi untuk mengembalikan kesuburan tanah dengan cara alami, antara lain lewat pupuk organik seperti kotoran sapi, kotoran ayam atau membuat pupuk cair dimasukkan lagi ke sawah dan dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia. Untuk mengatasi permasalahan hama dan penyakit tanaman ada sekolah lapang yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada petani bagaimana menyiasati musim tanam," tandasnya.
Termasuk dalam pemanfaatan air untuk lahan pertanian, lanjutnya. Petani harus bijak dalam menggunakan air agar pada saat musim kemarau ketersediaan air tetap tersedia.