Dok. Badan Karantina Indonesia
Kegiatan ini bertujuan memperkuat koordinasi dan sinergi antara instansi karantina dengan kementerian/lembaga, institusi TNI/Polri, dan para pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, forum ini menjadi wadah evaluasi capaian kinerja, efektivitas kebijakan, serta kontribusi program karantina terhadap arah pembangunan nasional, khususnya di bidang ketahanan pangan, kesehatan hewan, keamanan hayati, dan perlindungan sumber daya alam.
Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean, dalam sambutannya menegaskan bahwa refleksi kinerja ini menjadi momentum untuk mengukur efektivitas peran Badan Karantina Indonesia dalam mendukung program prioritas Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Tugas dan fungsi Barantin sejalan dengan Asta Cita Presiden, yaitu memperkuat sistem pertahanan negara serta meningkatkan kemandirian pangan dan perekonomian rakyat. “Karantina tidak hanya menjadi benteng pertahanan biologis negara, tetapi juga penggerak ekonomi melalui pengawasan dan fasilitasi perdagangan komoditas hewan, ikan, tumbuhan dan produk turunannya,” ujarnya.
Dalam paparannya, Sahat menjelaskan sepanjang Januari hingga Oktober 2025, Badan Karantina Indonesia (Barantin) terus mengawal terwujudnya swasembada pangan melalui penerbitan 2.213.396 sertifikat karantina, yang mencakup 116.936 sertifikasi impor, 317.205 sertifikasi ekspor, serta 1.779.255 sertifikasi antar area. Angka ini mencerminkan peran aktif Barantin dalam memastikan keamanan, kesehatan, dan kelancaran lalu lintas komoditas karantina di seluruh Indonesia.
Selain memproteksi sumber daya alam hayati dari ancaman hama penyakit hewan, ikan, dan tumbuhan, karantina juga berperan sebagai economic tools untuk mendorong ekspor dan meningkatkan acceptability produk Indonesia di pasar global. Nilai ekspor komoditas karantina pada Januari hingga Oktober 2025 telah mencapai Rp304,7 triliun. Capaian ini didorong oleh perluasan kerja sama internasional dan penandatanganan protokol karantina dengan negara-negara tujuan ekspor guna memastikan keberterimaan produk Indonesia di pasar global.
Di sisi lain, Barantin memperkuat sistem pertahanan negara non-militer melalui pengawasan ketat terhadap lalu lintas hewan, ikan, dan tumbuhan. Sepanjang Januari sampai dengan Oktober 2025, tercatat 1.891 kali penahanan, 2.145 kali penolakan, dan 962 kali pemusnahan terhadap komoditas yang tidak memenuhi persyaratan karantina. Langkah tegas ini menjadi bukti komitmen Barantin dalam menjaga keamanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Dalam mendukung percepatan layanan, Barantin menerapkan sistem Pre-Border Karantina, sebuah sistem yang menjadikan proses border clearance berlangsung lebih cepat. Melalui mekanisme ini, setiap komoditas yang akan masuk ke Indonesia telah memenuhi seluruh persyaratan teknis serta aspek kesehatan dan keamanan sejak di negara asal. Informasi tersebut disampaikan terlebih dahulu melalui Prior Notice, sehingga pada saat tiba di pelabuhan atau bandara, proses pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Selain itu, dalam upaya memperkuat digitalisasi layanan, Badan Karantina Indonesia (Barantin) memiliki sistem BEST TRUST (Barantin Electronic System for Transaction and Utility Service Technology) yang terintegrasi dengan Indonesia National Single Window (INSW). Langkah ini diharapkan mampu menyederhanakan, mempercepat, dan meningkatkan transparansi layanan dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.
Sejalan dengan transformasi digital, Barantin menerapkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam kegiatan operasional karantina. Teknologi yang terintegrasi dalam sistem induk BEST TRUST ini diimplementasikan melalui virtual assistant dalam bentuk chatbot yang dapat memberikan informasi seperti data statistik ekspor-impor dan pengelolaan PNBP. “Inovasi ini juga menandai langkah maju Barantin dalam mendukung digitalisasi pemerintahan yang modern dan adaptif terhadap tantangan global,” jelas Sahat
Dalam kesempatan tersebut, Sahat juga memberikan apresiasi kepada seluruh mitra kerja dari kementerian/lembaga, TNI/Polri, BUMN, dan pelaku usaha yang telah bersinergi dengan baik dalam pelaksanaan tugas karantina. “Sinergi ini menjadi kunci dalam memperkuat ketahanan pangan nasional serta mendukung iklim usaha dan investasi yang kondusif,” tuturnya
Sementara itu, Kepala Karantina Jakarta, Amir Hasanuddin menyampaikan bahwa Coffee Morning ini diharapkan mampu memperkuat langkah sinergi lintas sektor untuk mempercepat proses clearance dan arus logistik, meningkatkan kepatuhan pelaku usaha ekspor-impor, serta melahirkan langkah-langkah perbaikan terhadap layanan perkarantinaan.
“Semoga kegiatan ini dapat menjadi bagian dari penyelesaian kebuntuan-kebuntuan dalam bentuk terobosan kebijakan yang kemudian diimplementasikan secara seragam dan selaras menuju Karantina yang KUAT—Kompeten, Unggul, Amanah, dan Tangguh,” ujar Amir.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab bersama media. Para peserta memberikan masukan konstruktif terkait kebijakan dan sistem layanan karantina agar semakin adaptif terhadap dinamika perdagangan global.