PT KAI TULANG PUNGGUNG TRANSPORTASI NASIONAL

Raden Agus Dwinanto Budiadji, EVP of Corporate Secretary PT KAI

nasional

PT KAI TULANG PUNGGUNG TRANSPORTASI NASIONAL

Melalui visi jangka panjang dan pelaksanaan yang konkret, PT KAI kini bukan hanya operator kereta, tetapi menjadi arsitek masa depan transportasi Indonesia yang modern, efisien, dan tetap berpihak pada rakyat.
 

JAKARTA-Di tengah dinamika transportasi nasional, PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus menunjukkan langkah peningkatan yang strategis untuk memperkuat posisinya sebagai tulang punggung transportasi Indonesia. Dengan mengangkut hampir 450 juta penumpang dalam setahun dan lebih dari 1 juta pengguna KRL Jabodetabek per hari, PT KAI terus memperkuat layanan melalui transformasi bisnis, modernisasi sarana, dan integrasi layanan penumpang maupun barang.

Kepada Trias, EVP of Corporate Secretary PT KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji menjelaskan, strategi besar perusahaan tidak hanya bertumpu pada volume dan kuantitas, tetapi menyentuh semua aspek, mulai dari digitalisasi layanan, penguatan SDM, hingga optimalisasi aset. “Sebagai tulang punggung transportasi, kami terus memperkuat tiga core utama: angkutan penumpang, barang, dan optimalisasi aset," ungkap Bobby panggilan Raden Agus Dwinanto Budiadji.

Katanya, KAI menargetkan peningkatan penumpang dari 72 juta menjadi 132 juta hingga 2029 untuk layanan antarkota di luar KRL. Kuncinya adalah modernisasi sarana dan perluasan kapasitas relasi dengan okupansi tinggi. Kereta api kini hadir dengan beragam kelas layanan: mulai dari ekonomi bersubsidi, ekonomi komersial, hingga kelas eksekutif, Panoramic, Luxury, dan Compartment Suite yang ultra-pribadi. Harga ditawarkan dengan sistem dynamic pricing agar tetap terjangkau dan sesuai segmen pasar. “Mayoritas pelanggan tetap penumpang ekonomi. Namun variasi kelas kami hadirkan agar semua bisa menikmati layanan sesuai kebutuhan dan kemampuan,” ujar Bobby.

Di sektor angkutan barang, KAI mencatat 68 juta ton muatan di tahun sebelumnya, dengan target meningkat menjadi 120 juta ton pada 2029. Sebanyak 105 juta ton berasal dari angkutan batu bara di Sumatra Selatan, sisanya dari Jawa dan wilayah lain. Meskipun demikian, Konsep Green Freight tetap ditekankan untuk menjawab isu lingkungan. “Meski mengangkut batu bara, moda kereta api jauh lebih rendah emisi dibanding moda lain. Ini kontribusi kami untuk transportasi berkelanjutan,” jelasnya.

Di sisi lain lanjut Bobby, KAI juga agresif mengembangkan Transit Oriented Development (TOD) di sekitar stasiun. TOD bukan sekadar apartemen, melainkan kawasan penunjang: pusat bisnis, perkantoran, hingga ruang komersial yang terintegrasi dengan stasiun.“TOD berarti kemudahan akses. Bisa hunian, bisa kantor, bisa pusat belanja. Intinya aktivitas masyarakat terkoneksi dengan stasiun,” jelas Bobby.

Selain itu, KAI mengembangkan potensi non-farebox income lewat periklanan, pariwisata berbasis kereta api, dan penyewaan ruang komersial di area stasiun. Transformasi digital juga menjadi tulang punggung pelayanan masa depan. Salah satu inovasi paling mencolok adalah face recognition boarding yang memungkinkan penumpang masuk stasiun tanpa mencetak tiket, hanya dengan pemindaian wajah berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan). “Kami inisiasi sistem identitas tunggal berbasis NIK sejak 2020. Ini membuat sistem lebih rapi, simpel, dan andal,” ujar Bobby.

Dengan aplikasi mobile yang kini mencakup 80% transaksi tiket, KAI memastikan kenyamanan pelanggan sejak sebelum perjalanan dimulai. Digitalisasi bukan hanya alat, tapi pengalaman.

Menurut Bobby, di balik layanan modern, terdapat transformasi SDM sebagai fondasi jangka panjang. KAI menerapkan strategi Triple Transformation, yakni, digitalisasi, transformasi organisasi, dan transformasi budaya kerja. “Roadmap SDM kami fokus pada empat sasaran strategis: keunggulan operasional, loyalitas pelanggan, keberlanjutan keuangan, dan peningkatan pendapatan non-angkutan,” jelasnya.

Melalui program pelatihan dan sistem manajemen berbasis kompetensi, SDM KAI ditata menjadi adaptif, profesional, dan siap menghadapi tantangan transportasi masa depan.

Di satu sisi, PT KAI juga meningkatkan integrasi antar moda di berbagai stasiun besar, sehingga pengguna mudah melanjutkan perjalanan dengan ojol, taksi, bus, atau moda lokal lainnya. “Apa gunanya stasiun bagus kalau sambungan transportasinya sulit? Kami ingin ekosistemnya lengkap dan nyaman,” kata Bobby. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen membangun sistem transportasi nasional yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan. 

PTKAI Tulangpunggungtransportasinasional CorsecPTKAI NomorIndukKependudukan RadenAgusDwinantoBudiadji ModernisasiSarana

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga :