Labusel Go Bersama Padi Gogo

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Labuhanbatu Selatan Azzaman Parapat

lintasdaerah

Labusel Go Bersama Padi Gogo

Potensi pengembangan tanaman padi gogo di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sangat bagus, didukung animo masyarakat sangat luar biasa.
 

 

LABUSEL - Potensi pengembangan tanaman padi gogo di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sangat bagus, didukung animo masyarakat  sangat luar biasa. Hal itu terbukti dengan makin banyaknya masyarakat yang menanam padi gogo.

Dalam perbincangan khusus antara host Bincang Tipis Tipis Erman Tale Daulay fengan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Labuhanbatu Selatan Azzaman Parapat menyampaikan bahwa keuntungan menanam padi gogo atau padi darat ada pada harga jual gabahnya lebih tinggi dibanding padi sawah.

"Fakta yang ada di lapangan, bahwa produksi pagi gogo di kabupaten Labusel per hektarnya itu sekitar 4 ton,  harga jual gabahnya setelah diolah jadi beras Rp16.000 per kilogram,"paparnya.

Sementara untuk pad sawah di Labusel hasil produksinya mencapai 9 ton per hektar, dengan harga gabah setelah diolah jadi beras sekitar Rp14.500 per kilogram.

"Luas lahan pertanian khususnya untuk pertanaman padi sawah hanya 140 hektar, potensi lahan pertaniannya sangat sedikit, itu sebabnya di Labusel masyarakat yang memiliki lahan sawit ditumpangsarikan dengan padi gogo,* tandasnya.

Terkait dengan pengembangan padi gogo di Labusel mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pertanian dengan bantuan benih dan Alsintan. Azzaman menyampaikan apresiasi pada Plt Dirjenbun, Heru Tri Widarto, yang mencurahkan segala perhatian untuk pengembangan padi gogo di Labusel. Sebagai Pj wilayah Sumut, aktif berkoordinasi progres dalam pengembangan budidaya padi gogo.

Sedikit informasi tentang padi gogo, atau padi kering, memiliki potensi ekonomi yang signifikan dalam mendukung ketahanan pangan nasional, terutama di daerah dengan keterbatasan irigasi atau lahan kering.  Pengembangannya menawarkan solusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian di daerah tersebut dan memperluas lahan pertanian yang dapat menghasilkan beras.

Padi gogo sangatlah sesuai dengan keadaan demografi  Sumut yang banyak terdapat perkebunan kelapa sawit.

Pada saat kebun kelapa sawit di fase replanting atau melakukan penumbangan dan penanaman kembali, di saat itulah potensi pemanfaatan lahan untuk ditanami padi gogo (tumpang sari).

Tumpang sari padi gogo di kebun kelapa sawit adalah sebuah strategi untuk memanfaatkan lahan perkebunan secara optimal, dengan menanam padi gogo sebagai tanaman sela. Program ini membuka peluang besar untuk meningkatkan produksi pangan tanpa harus mengorbankan kelapa sawit yang sudah menjadi komoditas unggulan daerah. Dengan memanfaatkan waktu dan ruang yang ada,  diharapkan dapat meningkatkan hasil pertanian sekaligus menjaga keberlanjutan kebun kelapa sawit.

Padi gogo adalah padi yang tidak membutuhkan pengairan  dan  biaya untuk  produksi yang murah dan tidak memerlukan perawatan yang intensif seperti hal nya padi sawah. Padi gogo harapkan sebagai pangan berkelanjutan dan berkesinambungan dalam mewujudkan swasemda pangan di Sumut.

Produktivitas padi gogo di lahan PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) bisa mencapai 4,2 ton per hektare, dan dapat dilakukan 2 sampai  3 kali musim tanam sebelum kelapa sawit menghasilkan. Penanaman padi gogo biasanya dengan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) sangat mengurangi biaya produksi,  dengan demikian sangat menguntungkan bagi petani.

Labusel Padi Gogo Tanaman Padi Labuhan Batu Selatan

Bagikan Artikel Ini