Lapas Kelas IIA Karawang Kembangkan Kawasan Pertanian Terpadu Berdayakan Warga Binaan

Christo Toar, Kalapas Kelas IIA Karawang

lintasdaerah

Lapas Kelas IIA Karawang Kembangkan Kawasan Pertanian Terpadu Berdayakan Warga Binaan

Kalapas Kelas IIA Karawang, Christo Toar, menjelaskan bahwa kawasan pertanian terpadu itu merupakan bagian dari sarana asimilasi dan edukasi yang telah lama diterapkan lembaganya.
 

Triasinfo, Karawang - Lapas Kelas IIA Karawang, Jabar, mengembangkan kawasan pertanian terpadu seluas 1,7 hektare dengan memberdayakan warga binaan sebagai tenaga penggaraf. Kawasan tersebut mencakup pertanian padi, hortikultura, perikanan dan peternakan ayam Areal  tersebut menjadi salahsatu bentuk pembinaan kemandirian sekaligus dukungan terhadap ketahanan pangan daerah.
Kalapas Kelas IIA Karawang, Christo Toar, menjelaskan bahwa kawasan pertanian terpadu itu merupakan bagian dari sarana asimilasi dan edukasi yang telah lama diterapkan lembaganya. 
“Di sini kami kembangkan pertanian, hortikultura, dan peternakan. Ada padi, kacang panjang, cabai, kangkung, ikan nila, lele, hingga 100 ekor ayam bantuan dari Kementerian Pertanian,” ujarnya saat ditemui dalam kunjungan program Bincang Tipis-Tipis yang dipandu host Erman Tale Daulay.
Christo menyebut program ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto mengenai penguatan kemandirian dan ketahanan pangan nasional. Chiristo membanggakan Menteri Imipas, Agus Andrianto, yang memberi perhatian besar terhadap warga binaan agar memiliki keterampilan sebagai bekal bila reintegrasi ke tengah masyarakat.
“Warga binaan ini awalnya banyak yang hopeless. Tapi setelah masa pengenalan lingkungan, kami lakukan pembinaan kepribadian dan keagamaan. Setelah setengah masa pidana, mereka mulai kami latih untuk bertani dan beternak,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan bentuk eksploitasi tenaga warga binaan. Menurutnya, seluruh kerja produksi memiliki premi atau upah.
“Setiap panen padi, satu orang bisa dapat premi Rp 2 juta. Uangnya tidak kami berikan tunai, tapi ditransfer ke rekening mereka yang sudah dibukakan bekerja sama dengan BRI. Keluarga bisa mengambilnya jika perlu,” kata Christo.
Hasil pengelolaan kawasan pertanian terpadu juga sebagian digunakan untuk membantu masyarakat, terutama penderita stunting. 
Christo menjelaskan bahwa pihaknya menanam padi dengan jenis bernutrisi  yang khusus digunakan untuk pencegahan stunting. 
“Untuk jenis ini, kami tidak jual. Kami bagikan kepada warga Karawang Timur dan sekitarnya yang anaknya mengalami stunting. Hampir setiap bulan kami salurkan,” ujarnya.
Pengembangan kawasan ini didukung tenaga ahli, mulai dari Dinas Pertanian dan Perikanan Karawang hingga staf Lapas yang memiliki kompetensi khusus. Salahsatunya Ahmad Saipulloh,  sarjana pertanian yang membimbing warga binaan dalam teknik menanam hingga panen. 
“Ada juga staf berlatar belakang peternakan dan perikanan. Mereka yang memastikan program ini berjalan baik,” kata Christo.
Seorang warga binaan, Henry, mengaku baru mengenal beternak setelah mengikuti pembinaan di Kapas. Ia mengatakan pengalaman ini mengubah cara pandangnya mengenai masa depan. 
“Alhamdulillah banyak ilmu yang saya dapat. Setelah bebas nanti, saya ingin lanjut beternak,” ujarnya.
Christo berharap program ini dapat menjadi contoh bahwa pemidanaan tidak identik dengan kekerasan dan penghukuman semata. Menurutnya, pemasyarakatan harus menjadi wadah pembinaan yang memberi kesempatan kedua bagi warga binaan untuk memperbaiki diri. 
“Kami ingin ketika mereka bebaa, mereka punya skill dan bisa menghidupi diri sendiri tanpa kembali melanggar hukum,” katanya.
Kawasan pertanian terpadu tersebut kini menjadi salahsatu praktik pembinaan kemandirian paling aktif di Jawa Barat, dengan hasil produksi padi, ikan, dan ayam yang sebagian dijual sebagai PNBP dan sebagian lagi menjadi premi bagi warga binaan. 
Program ini juga disebut sebagai wujud perubahan dari semangat penghukuman menuju pembinaan yang lebih manusiawi, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Lapas karawang

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga :