Universitas Pertamina MENUJU KAMPUS KELAS DUNIA

Ilustrasi. (Foto dok. Universitas Pertamina)

nasional

Universitas Pertamina MENUJU KAMPUS KELAS DUNIA

Lewat langkah-langkah inovatif dan visi yang jelas, Universitas Pertamina terus membuktikan meskipun masih muda, ia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin di dunia pendidikan tinggi, khususnya di bidang teknologi dan bisnis energi.
 

Universitas Pertamina (UPER), yang baru berdiri pada tahun 2016, terus meneguhkan posisinya sebagai perguruan tinggi unggulan di bidang teknologi dan bisnis energi. Di bawah kepemimpinan Rektor Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A Kadir MS IPU, universitas ini memiliki visi besar untuk menjadi Entrepreneur University berkelas dunia pada tahun 2035. Dalam wawancara eksklusif dengan Trias, Prof. Wawan Gunawan memaparkan strategi dan inovasi yang diterapkan demi mencapai target tersebut.

Meskipun tergolong muda, Universitas Pertamina memiliki rencana strategis yang matang. Renstra 2023-2028 yang disusun bersama para pemangku kepentingan menjadi pedoman utama pengembangan kampus ini. Salah satu target utama yang menjadi perhatian khusus pengelola kampus dalam periode ini adalah upaya mendapatkan rekognisi regional di Asia, dengan masuk ke peringkat 700 besar universitas terbaik Asia. (versi QS AUR) Selain itu Uper juga meningkatkan perannya dalam bidang SDG’s dan sustainability dalam menghadapi tantangan di dunia Energi dan lingkungan.

Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan, Rektor Universitas Pertamina. (Foto dok. Universitas Pertamina)


Keikutsertaan Uper dalam THE Impact ranking menjadi salah satu indikatornya. “Kalau sudah masuk 700 besar di Asia, otomatis di Indonesia kita ada di puluhan besar,” ungkap Prof. Wawan kepada Trias belum lama ini. Namun, ia menekankan, peringkat bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya alat ukur kualitas pendidikan tinggi. Salah satu indikator kualitas lainnya adalah tingkat serapan lulusan di dunia kerja. Saat ini, dari lebih dari 3.000 lulusan Universitas Pertamina, sekitar 76% sudah bekerja, berwirausaha, sementara sebagian kecil melanjutkan pendidikan, 1% yang belum bekerja karena alasan pribadi, dan 23% sedang aktif mencari pekerjaan, yang mencerminkan adanya potensi penyerapan lebih lanjut di dunia industri. Bahkan, lebih dari 200 alumni telah bergabung dengan Pertamina.

Sebagai perguruan tinggi swasta, Universitas Pertamina menghadapi tantangan utama dalam pembiayaan operasional. Berbeda dengan perguruan tinggi negeri seperti ITB atau UI, untuk meningkatkan sarana laboratorium dll, kampus swasta sangat bergantung pada Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) dari mahasiswa. “Di ITB, mahasiswa disaring seketat mungkin karena peminatnya banyak. Sementara di Universitas Pertamina, meskipun peminatnya juga banyak, posisi kami sering menjadi pilihan kedua setelah ITB, UI, atau UGM,” jelas Prof. Wawan.

Untuk mengurangi ketergantungan pada dana dari mahasiswa, UPER berusaha mencari sumber pendapatan alternatif, salah satunya melalui riset dan kerja sama industri. Oleh karena itu, kampus mendorong para dosen untuk aktif dalam penelitian dan inovasi. Salah satu langkah inovatif Universitas Pertamina adalah membangun 11 Center of Excellence, pusat riset yang berfokus pada pengembangan teknologi dan bisnis energi, seperti peningkatan produksi minyak dan gas, serta bidang terkait lainnya.

“Di Center of Excellence ini, dosen dari berbagai disiplin ilmu—seperti teknik geologi, teknik perminyakan, teknik geofisika, teknik kimia, hingga teknik mesin—bekerja sama untuk menghasilkan solusi bagi industri,” terang Prof. Wawan. Universitas Pertamina juga mendorong kerja sama dengan universitas luar negeri, baik dalam bentuk student exchange maupun penelitian kolaboratif. Dengan mayoritas dosennya merupakan lulusan luar negeri, seperti dari Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis, kampus ini memiliki jaringan global yang kuat. Selain itu, UPER juga menerapkan insentif bagi dosen yang aktif meneliti dan bekerja sama dengan industri. Dana riset disediakan bagi mereka yang ingin melakukan penelitian, dan dosen yang berhasil mendapatkan proyek kerja sama dengan industri mendapatkan insentif finansial langsung.

“Kalau dosen hanya mengajar, tanpa riset dan kerja sama industri, kualitas pendidikan akan stagnan. Makanya kami dorong agar mereka juga terlibat di dunia riset dan industri. Ini tidak hanya meningkatkan kompetensi dosen, tapi juga membuat pembelajaran lebih aplikatif bagi mahasiswa,” kata Prof. Wawan. Dengan berbagai strategi dan inovasi ini, Universitas Pertamina optimis bisa mencapai targetnya sebagai Entrepreneur University kelas dunia pada 2035. Kunci utama keberhasilannya adalah kualitas pendidikan, keterlibatan dalam riset dan industri, serta kerja sama global. Kontribusi finansial dari sisi kerjasama komersial dengan industri dan pihak eksternal lain diperkuat dan ditingkatkan.

“Kami tidak hanya ingin dikenal sebagai kampus yang bagus, tapi juga sebagai institusi yang berkontribusi nyata bagi industri energi dan masyarakat. Dengan strategi yang tepat, kami yakin Universitas Pertamina bisa menjadi universitas berkelas dunia,” tutup Prof. Wawan.

Universitas Pertamina (UPER) Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A Kadir MS IPU Entrepreneur University

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga :