Dok. PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Vice President Public Relations KAI Anne Purba menyampaikan bahwa tambahan sarana ini meningkatkan kapasitas dan keandalan layanan angkutan batu bara serta logistik lainnya yang tumbuh di Sumatra bagian selatan. Penguatan sarana di wilayah tersebut penting karena menjadi pusat distribusi energi nasional.
Anne menjelaskan bahwa moda rel memberikan efisiensi tinggi dan dampak lingkungan yang lebih rendah dibanding moda angkutan jalan raya. Satu rangkaian KA batu bara dengan 61 gerbong (3.050 ton) setara dengan perpindahan 120 truk kontainer ukuran 40 kaki. Emisi karbon per perjalanan mencapai 10.766 kg CO?, jauh lebih rendah dibanding 65.645 kg CO? yang dihasilkan 120 truk kontainer.
Pada Januari–Oktober 2025, KAI mencatat volume angkutan barang sebesar 57.556.900 ton, naik 0,69% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Batu bara menjadi kontributor terbesar dengan 47,77 juta ton atau 83% dari keseluruhan angkutan, terutama di Divre III Palembang dan Divre IV Tanjungkarang.
Anne menegaskan bahwa kelancaran angkutan batu bara memiliki peran vital terhadap keseimbangan energi Indonesia. Pasokan batu bara dari Sumatra mengalir ke pembangkit listrik yang melayani Jawa dan Bali, menjaga layanan rumah sakit tetap beroperasi, proses belajar mengajar berjalan, industri tetap produktif, dan layanan publik berjalan stabil. Keandalan ini mendukung ketahanan energi nasional di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
KAI juga mendukung kebijakan penghapusan truk ODOL pada 2026 melalui jaringan logistik berbasis rel berkapasitas besar yang aman, efisien, dan berkelanjutan. Langkah ini diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional sekaligus memperkuat daya saing industri dalam negeri.
Sejak Februari 2025, seluruh lokomotif dan genset KAI telah menggunakan Biosolar B40 sebagai bagian dari transisi energi bersih serta dekarbonisasi transportasi berbasis rel, selaras dengan target Net Zero Emission 2060.
Dalam rencana jangka panjang, KAI menargetkan pertumbuhan angkutan barang sebesar 15% pada 2029, termasuk proyeksi 111,2 juta ton batu bara dan 10,9 juta ton komoditas non-batu bara. Untuk mendukung target tersebut, KAI mengembangkan infrastruktur logistik strategis, seperti Terminal Tarahan II yang dapat menambah kapasitas hingga 18 juta ton dan peningkatan fasilitas bongkar-muat Kertapati hingga 7 juta ton.
Sumatra Selatan diproyeksikan memberi kontribusi tambahan 27,8 juta ton dan menjadi pusat ekspansi angkutan barang berbasis rel. Penguatan sarana dan infrastruktur ini menjadi fondasi bagi tumbuhnya sektor logistik secara nasional.
“Angkutan batu bara melalui rel memastikan pasokan energi Jawa dan Bali tetap terjaga, menopang layanan kesehatan, pendidikan, industri, dan pelayanan publik. Penguatan sarana ini menegaskan komitmen KAI untuk menjaga kehidupan masyarakat tetap bergerak dan mendukung kemajuan Indonesia,” ujar tutup Anne.